yang memiliki intelegensi tinggi, agama yang bagus, ahli argument, serta
memiliki kecakapan dalam berorasi, sehingga beliau terkenal dengan sebutan
‘Khathibatun Nisa’
(Orator Wanita) yang selalu menjadi duta para shahabiyah
untuk menanyakan masalah-masalah
keagamaan yang mereka hadapi kepada Nabi Muhammad Saw. Dialah sang “Orator
Wanita” Asma’ Binti Yazid bin Sakan.
kisah yang disebutkan oleh Ibnu Asakir di dalam Tarikh Madinati Dimasyq (7/363-364),
al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (6/420), as-Suyuti dalam Jami’ul Ahadits
(39/454), dan Ibnu Abdil Barr dalam al-Isti’ab (2/76).
dari Asma’ binti Yazid al-Anshariyah dari Bani Abdil Asyhal, bahwa ia pernah
mendatangi Nabi yang berada ditengah-tengah para sahabatnya, lalu ia bertanya,”
Wahai Rasulullah, aku adalah utusan kaum hawa kepadamu.
Semua wanita muslimah
di belakangku mengatakan sebagaimana yang akan aku katakana dan berpendapat
seperti pendapatku. Allah telah mengutusmu kepada para pria dan wanita. Lalu
kami beriman kepadamu, dan kepada Rabbmu.
Akan tetapi, kami kaum wanita
terkurung dan terbatas gerak langkahnya. Kami menjadi penyanggah rumah kalian,
dan tempat pelampiasan syahwat kalian, dan mengandung anak kalian. Akan tetapi
kalian, wahai para lelaki, diberi keutamaan melebihi kami dengan shalat Jum’at,
shalat berjamaah, mengunjungi orang sakit, mengantarkan jenazah, berhaji
setelah haji wajib.
Dan yang paling utama dari itu semua adalah jihad dijalan
Allah. Sesunggunya jika salah seorang dari kalian keluar untuk melaksanakan
haji, umrah atau ribath, kami menjaga harta kalian, mencuci pakaian kalian dan
mendidik anak kalian? Mengapa kami tidak mendapat kebaikan (pahala) ini juga
wahai Rasulullah?”
wajahnya kepada para sahabatnya, kemudian bersabda,” Pernahkah kalian
mendengarkan ucapan wanita yang lebih bagus daripada pertanyaan wanita ini
tentang urusan agamanya?”
menjawab,” Kami tidak pernah menyangka bahwa aka nada wanita yang diberi
petunjuk untuk menanyakan hal ini.”
menoleh kepada Asma’ kemudian bersabda,” Kembalilah wahai Asma’, dan kabarkan
kepada para wanita yang ada dibelakangmu bahwa perlakuan baik kalian kepada
suaminya, upayanya untuk mendapat keridhaan suaminya, dan ketundukannya untuk
senantiasa mentaati suami,
itu semua dapat mengimbangi seluruh amal yang kamu
sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki.”
dengan mengucapkan tahlil dan takbir karena bersuka cita dengan jawaban
tersebut. Kisah ini selesai sampai disini.
menjadi ibu rumah tangga adalah lading pahala bagi para wanita, mereka akan
mendapatkan pahala dari amalan yang hanya dikhususkan bagi lelaki saja, yaitu
shalat jum’at, shalat berjamaah, mengunjungi orang sakit, mengantarkan jenazah,
berhaji setelah haji wajib, dan yang paling utama dari itu semua adalah jihad
di jalan Allah. Caranya?
Gampang, cukup dengan berlaku baik kepada suami,
berupaya mendapat keridhaannya, dan tunduk untuk senantiasa mentaatinya. Di
samping itu, dan ini yang terpenting dan terberat, menshalihkan suami untuk
melakukan amal-amal tersebut di atas.