Apakah Sekularisme Itu?
Satu pertanyaan singkat namun memerlukan jawaban yang panjang, jelas dan gamblang.
Sangat perlu bagi muslimin untuk mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan ini.
Alhamdulillah, ada beberapa buku yang telah menguraikan masalah ini dan kita tinggal menelaah kemudian mengamalkannya.
Kembali kepada pertanyaan diatas.
Kita tidak perlu bersusah payah mendapatkan jawaban yang tepat, karena kamus-kamus yang dikarang di negara-negara barat,
yang notabene sebagai tempat tumbuhnya sekularisme, telah memuat semua bagan pembahasan dan penelitian yang kita perlukan.
Tercantum dalam kamus bahasa inggris bahwa kata “‘ilmany (penganut sekularisme)” berarti:
1. Yang berorientasi kepada keduniaan atau .materi.
2. Bukan seorang yang agamis (spiritualis) atau rohaniawan.
3. Bukan seorang yang suka beribadah dan bukan seorang pendeta.
( Ar-Rahbaniyah dalam agama nasrani adalah satu macam bentuk peribadatan yang mereka buat-buat.
Maka ungkapan “bukan mutarahhib (biarawan)” maksudnya bukan orang yang suka beribadah.
Pengertian ini (bisa dikatakan) mirip atau sama dengan definisi pertama dan kedua.
Umat nasrani tidak menganggap rahbaniyah sebagai satu bid’ah (ibadah baru) sea bagaimana keyakinan kaum muslimin, sebaliknya mereka menganggapnya sebagai satu ajaran agama yang benar.
Atas dasar ini maka pernyataan ”bukan biarawan” tidak menafikan perbuatan bid’ah, tapi lebih pada penafian kegemaran beribadah dan kesungguhan dalam menjalankan agama).
Dalam kamus tersebut juga tertera penjelasan kata ”ilmaniyah (sekularisme)“, disebutkan:
Sekularisme adalah satu paham yang menyatakan bahwa akhlaq dan pendidikan seharusnya tidak berlandaskan pokok-pokok ajaran agama.
Dalam buku ensiklopedia Inggris, disebutkan tentang sekularisme:
Ialah satu pergerakan sosial yang bertujuan mengalihkan aktifitas manusia dari orientasi ukhrawi (kehidupan akhirat) kepada orientasi duniawi semata.
Buku ensiklopedia Inggris ketika membicarakan sekularisme mengetengahkannya dalam bahasan seputar Penyimpangan.
Buku ini mengklasifikasikan penyimpangan menjadi dua macam:
- Penyimpangan dalam demensi teori.
- Penyimpangan dalam dimensi penerapan (pelaksanaan). Dan mengkatagorikan sekularisme dalam bagian kedua ini. (Semua yang disebutkan disini dari buku ensiklopedia Inggris dan kamus bahasa inggris saya nukil dari kitab Nasyatul ‘Ilmam’yah karya Dr. Muhammad Zainal Hadi).
Apa yang disebutkan diatas memberi dua pengertian:
Pertama: Bahwa sekularisme adalah satu ideologi kufur yang bertujuan menjauhkan peranan agama dalam kehidupan dunia.
Jadi, sekularisme merupakan ideologi yang ingin mewujudkan dominasi dunia pada semua sisi kehidupan politik, ekonomi, sosial, moral, konstitusi dan lainnya, jauh dari perintah-perintah agama serta larangan-larangannya.
Kedua: Bahwa tidak ada korelasi antara sekularisme dengan ilmu agama, sebagaimana para propagandisnya berusaha memutarbalikkan (fakta ini) terhadap masyarakat, bahwa maksud sekularisme adalah memperoleh sebanyak mungkin Pengetahuan eksperimental dan memprioritaskannya.
Kini terbukti sudah kedustaan dan kepalsuan pernyataan ini dengan mengacu pada beberapa pengertian kata itu yang disebutkan di negara tempat perkembangannya.
Oleh sebab itu, seandainya kata sekular (‘ilmaniyah) dinyatakan dengan kata “Al-laadiniyyah”, niscaya istilah tersebut akan lebih tepat dan benar, sekaligus lebih jauh dari pengkaburan dan lebih gamblang pengertiannya.
Sumber: Muhammad Syakir Syarif, Bahaya Sekulerisme, At-Tibyan; Solo