Struktur Dan Ciri Kebahasaan Cerita Sejarah
Cerita sejarah datang dari sebuah peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau dan diceritakan kembali. Cerita ini berbeda dengan cerita legenda dan cerita rakyat, karena cerita sejarah merupakan cerita yang diceritakan sesuai fakta. Sedangkan cerita rakyat dan legenda merupakan cerita dari mulut kemulut tanpa pembuktian konkrit. Adapun cara untuk bisa membedakannya dari jenis- jenis cerita Sastra Indonesia, yaitu dengan mengetahui sisi struktur dan ciri kebahasaan cerita sejarah di bawah ini,
Struktur Dan Ciri Kebahasaan Cerita Sejarah Yang Harus Kita Ketahui
1. Struktur
Berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan cerita sejarah umumnya memiliki awalan orientasi, kronologi dan reorientasi. Orientasi disini berisi tentang perkenalan peristiwa yang hendak diceritakan. Kemudain dilanjutkan pada paragraf kronologi yang berisikan tentang cerita awal sampai terakhir peristiwa tersebut terjadi secara berurutan. Cerita sejarah akan diakhiri dengan bagian reorientasi atau penutup yang berisi tentang pendapat pencerita atau penulis. Namun, ada beberapa cerita sejarah yang tidak memiliki reorientasi, karena memang bukan sebuah keharusan.
2. Ciri kebahasaan: Konjungsi Temporal
Sederhananya, Konjungsi temporal berarti kata yang dapat kalian gunakan untuk menghubungkan dua peristiwa yang saling berkesinambungan. Konjungsi temporal memiliki dua jenis, yang pertama yaitu konjungsi temporal yang menyatukan 2 hal berkesinambungan. Contohnya yaitu sementara, ketika, hingga, tatkala, manakala, bilamana, semenjak dan masih banyak lagi. Yang kedua adalah konjungsi temporal yang menyatukan 2 kalimat berkesinambungan, contoh kalimat sesudahnya dan setelahnya. Konjungsi temporal dapat mudah kita temui di bagian kronologi, disana memang kadang ada peristiwa yang saling berkesinambungan sehingga membutuhkan kata penghubung.
3. Ciri kebahasaan: Nomina/Kata Benda
Nomina atau kata benda disini merupakan struktur dan ciri kebahasaan cerita sejarah yang asing namun banyak berada di dalam teks cerita sejarah. Padahal kalau memahami kegunaannya, kita dengan mudah akan menemukannya. Nomina atau kata benda digunakan untuk menerangkan siapa dan apa saja yang menjadi bagian dari peristiwa tersebut. Nomina tersebar di bagian orientasi dan bagian kronologi dari teks cerita sejarah. Adapun beberapa jenis nomina yaitu, nomina modikatif, nomina kordinatif dan nomina apositif, contoh kata nomina seperti ruang makan, ruang tidur, lahir batin, sarana prasarana, hak kewajiban dan sebagainya.
4. Ciri Kebahasaan: Nominalisasi
Tak jauh beda dari struktur dan ciri kebahasaan cerita sejarah sebelumnya, maksud dari nominalisasi adalah pemilihan nomina atau kata benda dengan istilah lain yang setingkat. Ini berguna agar kita mampu menjelaskan siapa dan apa saja di peristiwa tersebut secara lebih detail. Misalnya kata imbuhan pe- di kata pedagang, menjelaskan seseorang yang melakukan dagang. Kata-kata ini banyak digunakan di cerita sejarah dan beberapa teks lainnya, namun banyak yang masih belum mengetahui. Selain itu nominalisasi dapat dipakai agar teks cerita sejarah tidak cenderung monoton.
Itulah beberapa struktur dan ciri kebahasaan cerita sejarah yang wajib kalian ketahui. Cerita sejarah memang terlihat begitu sederhana. Namun ketika kita melihatnya lebih mendalam, ternyata banyak sekali hal-hal yang harus kita ketahui untuk menulis sebuah cerita sejarah. Dan masih banyak lagi yang harus kalian ketahui tentang cerita sejarah. Mulai dari kaidah penulisannya, jenis-jenis teks cerita sejarah sampai dengan pemilihan kata yang tepat untuk membentuknya. Jasmerah, Jangan sesekali melupakan sejarah adalah pepatah Soekarno yang harus kita ingat. Dengan mempelajari cerita sejarah diharapkan mampu melestarikan kebenaran cerita sejarah untuk generasi mendatang.