Artikel kali ini akan membahas mengenai perubahan sosial budaya, pengertian perubahan sosial budaya, pengertian perubahan sosial menurut para ahli, sifat sifat perubahan sosial, teori perubahan sosial, artikel perubahan sosial, perubahan sosial budaya pada masyarakat, unsur unsur struktur sosial, teori konflik karl marx.
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Setiap kelompok masyarakat selama hidupnya, pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang menyolok, ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada perubahan-perubahan yang sangat lambat, dan ada juga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Pada masyarakat tradisional yang masih memegang kuat adat, perubahan yang terjadi memang berjalan sangat lambat.
Namun, dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga seolah-olah membingungkan manusia yang menghadapinya.
Sehingga, di dalam kelompok masyarakat di dunia ini kita sering melihat terjadinya perubahan-perubahan atau suatu keadaan di mana perubahan-perubahan tersebut berjalan secara konstan. Perubahan-perubahan tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat.
Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, maka keadaan tersebut berlangsung terus, walaupun kadang-kadang diselingi keadaan di mana masyarakat yang bersangkutan mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena oleh proses perubahan tadi.
TERJADINYA PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu perubahan sosial yang menyangkut hubungan antaranggota masyarakat, dan perubahan budaya yang menyangkut perubahan bidang seni, filsafat, dan kebiasaan hidup.
Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Masyarakat senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Perubahan dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu diantara kelompoknya disebut perubahan sosial.
Menurut Selo Sumardjan, perubahan sosial adalah semua perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, dan mencakup di dalamnya nilai-nilai dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial dalam masyarakat yang mengalami perubahan meliputi:
- nilai-nilai sosial, f. lapisan-lapisan dalam masyarakat,
- norma-norma sosial, g. kekuasaan dan wewenang,
- pola-pola perilaku, h. interaksi sosial, dan
- organisasi, i. hubungan sosial.
- susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan,
Perubahan dalam sistem ide yang dimiliki bersama pada berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat bersangkutan disebut perubahan kebudayaan.
Perubahan budaya meliputi perubahan dalam bidang seni, filsafat, dan kebiasaan hidup. Ada tujuh unsur kebudayaan dalam masyarakat yang dikenal sebagai tujuh unsur yang universal, yaitu:
- bahasa,
- sistem pengetahuan,
- organisasi sosial,
- sistem peralatan hidup dan teknologi,
- sistem ekonomi dan mata pencaharian,
- sistem religi, dan
- kesenian.
Unsur-unsur tersebut bersifat universal, artinya bahwa setiap kelompok masyarakat di manapun berada, yang masih primitif maupun yang sudah modern, pasti memiliki tujuh unsur tersebut.
Sebagai contoh, pada kelompok masyarakat manusia purba, mereka pasti memiliki bahasa, meskipun bahasa isyarat, juga pasti terdapat sistem pengetahuan sesederhana apapun pengetahuan tersebut.
Demikian juga mereka pasti memiliki organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi dan mata pencaharian, sistem religi, serta kesenian, meskipun semuanya serba terbatas sesuai dengan kondisi masyarakatnya.
Sifat Perubahan
Tahukah kalian bagaimana sifat perubahan? Secara ringkas dapat kita ketahui bahwa perubahan bersifat sebagai berikut.
a. Perubahan merupakan hal yang wajar dan memang harus terjadi
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, perubahan merupakan hal wajar dan memang harus terjadi pada setiap kelompok masyarakat.
b. Perubahan merupakan gejala yang bersifat umum
Manusia diberi kelebihan akal oleh Tuhan. Melalui akalnya, manusia dapat membuat sesuatu untuk mempermudah memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam proses upaya pemenuhan kebutuhan itu, manusia senantiana mengalami perubahan. Di manapun kelompok manusia itu tinggal, pasti akan menghalami perubahan sehingga menjadi gejala yang bersifat umum.
c. Selama masih ada masyarakat mesti akan mengalami perubahan
Masyarakat merupakan kumpulan individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah. Sebagai suatu kumpulan individu yang berbeda-beda sifat dan kemampuannya, masyarakat akan selalu mengalami perubahan.
d. Perubahan ada yang menarik, menyolok, atau hanya biasa-biasa saja
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat kadang ada yang menarik, ada yang menyolok, atau bahkan kadang ada yang biasa saja.
Apabila kalian menyaksikan berita tentang proses Reformasi di Indonesia, kalian tentau mengetahui bahwa Indonesia saat itu sedang mengalami perubahan yang menarik dan menyolok.
e. Perubahan ada yang pengaruhnya terbatas atau berpengaruh luas
Perubahan yang terjadi pada masyarakat, kadang memberikan pengaruh yang terbatas pada kelompok masyarakat tertentu, tetapi kadang memberikan pengaruh yang luas, mencakup sebagian besar lapisan masyarakat di suatu wilayah atau negara.
Sebagai contoh, proses Reformasi di Indonesia yang diawali pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang besar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Namun, perubahan pada mode pakaian, misalnya hanya akan berpengaruh bagi kelompok masyarakat yang kalangannya terbatas, yaitu mereka yang suka dengan perkembangan mode.
f. Perubahan ada yang bisa berlangsung lambat dan adapula yang berlangsung cepat
Perubahan yang terjadi pada masyarakat ada yang berlangsung dengan lambat (evolusi), ada yang berlangsung sangat cepat (revolusi).
Proses perubahan ketika terjadi Proklamasi di Indonesia sehingga Indonesia menjadi negara yang berdaulat berlangsung sangat cepat.
Cobalah kalian hitung berapa jam atau berapa hari proses terjadinya Proklamasi di Indonesia, mulai terjadinya kekosongan kekuasaan sampai dibacakannya teks Proklamasi oleh Soekarno-Hatta.
g. Perubahan ada yang bisa diamati atau sama sekali tidak disadari
Perubahan yang terjadi pada masyarakat kadang ada yang bisa diamati, tetapi kadang ada yang terjadi tanpa disadari. Perubahan fisik yang terjadi pada diri kalian, misalnya sering tidak kalian sadari.
Suara yang berubah, jakun yang mulai kelihatan bagi laki-laki, sering tidak disadari. Perubahan yang terjadi di pemerintahan akan mudah diamati karena ada dokumen resminya.
Proses perubahan sosial yang terjadi, dapat diketahui karena ada ciri-ciri tertentu, antara lain sebagai berikut.
- Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya. Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik yang terjadi secara lambat atau secara cepat. Jumlah penduduk, misalnya, dari waktu ke waktu pasti akan mengalami perubahan, baik secara lambat atau secara cepat.
- Perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya, karena proses yang terjadi merupakan suatu mata rantai.
- Perubahan-perubahan sosial yang cepat, biasanya mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang sementara sifatnya di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi tersebut akan diikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
- Perubahan-perubahan yang terjadi, tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
Beberapa Teori tentang Perubahan Sosial Budaya
Ada beberapa teori yang membahas tentang perubahan sosial budaya. Beberapa ahli yang mengemukakan teori tersebut, di antaranya sebagai berikut.
a. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Menurut Durkheim, perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja.
Menurut Tonnies, masyarakat akan berubah dari tipe masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan yang terspesialisasi dan impersonal.
Perubahan-perubahan tersebut tidak selalu membawa kemajuan, kadang juga membawa perpecahan dalam masyarakat, individu menjadi terasing, dan lemahnya ikatan sosial seperti yang terjadi dalam masyarakat perkotaan.
b. Teori Konflik (Conflict Theory)
Tokoh dalam teori ini adalah Ralf Dahrendorf. Menurut Ralf Dahrendorf, semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat.
Ia yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial.
Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.
c. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)
Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi mereka.
Konsep kejutan budaya (cultural lag) dari William Ogburn berusaha menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka fungsionalis ini.
Menurutnya, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsur lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang.
Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan sosial dan budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur-unsur yang berubah lambat.
Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat. Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan, norma, nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari.
Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru, meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.
d. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan sosial. Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapa pun, bahkan orang-orang ahli sekalipun.
Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.
Oswald Spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap masyarakat berkembang melalui empat tahap perkembangan seperti pertumbuhan manusia, yaitu: masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan tua.
Ia merasa bahwa masyarakat barat telah mencapai ‘masa kejayaannya’ pada masa dewasa, yaitu selama zaman pencerahan (renaissance) abad ke-18.
Sejak saat itu tidak terelakkan lagi peradaban Barat mulai mengalami kemunduran menuju ke masa ‘tua’. Tidak ada yang dapat menghentikan proses ini.
Seperti yang terjadi pada peradaban Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi yang terus mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh.
Arnold Toynbee, sejarawan Inggris, menambahkan bahwa kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban bisa dijelaskan melalui konsep-konsep masyarakat yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu tantangan dan tanggapan (challenge and response).
Dia mengamati bagaimana tiap-tiap masyarakat menghadapi tantangan-tantangan alam dan sosial dari lingkungannya.
Jika suatu masyarakat mampu merespon dan menyesuaikan diri dengan tantangan-tantangan tersebut, maka masyarakat itu akan bertahan dan berkembang.
Sebaliknya, jika tidak maka akan mengalami kemunduran dan akhirnya punah. Menurut Toynbee, jika satu tantangan sudah bisa diatasi akan muncul tantangan baru lainnya yang harus dihadapi masyarakat dalam bentuk interaksi timbal balik dengan lingkungannya.