Berikut ini akan dibahas secara ringkas tentang fungsi agama, fungsi religi, fungsi agama bagi manusia, fungsi agama dalam kehidupan, fungsi agama dalam kehidupan manusia, pentingnya agama bagi manusia.
Fungsi Agama/Religi
Dalam mengemukakan pendapat tentang definisi agama, Anthony FC Wallace menjelaskan bahwa agama merupakan seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada manusia atau alam.
Definisi di atas mengandung suatu pengakuan bahwa kalau tidak dapat mengatasi masalah serius yang menimbulkan kegelisahan mereka, manusia berusaha mengatasinya dengan memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural.
Untuk itu dipergunakan upacara keagamaan, yaitu oleh Wallace dipandang sebagai gejala agama yang utama atau agama sebagai perbuatan (religion in action).
Fungsi yang utama ialah untuk mengurangi kegelisahan dan untuk memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan manusia agar tetap siap untuk menghadapi realitas.
Hal ini dapat dimisalkan, orang beragama jika menghadapi permasalahan yang sulit selalu lari ke suasana doa. Dengan berdoa seseorang mampu memperoleh suasana yang hening, teduh sehingga membawa dampak pada kejernihan dalam berpikir.
Selanjutnya permasalahan yang berat dapat diatasi dengan cara-cara yang rasional. Melalui doa, sebagai salah satu bentuk ritual keagamaan/religi dan kepercayaan yang vital, seseorang dapat menemukan sesuatu yang dicarinya yang tidak dapat diperoleh di sekitarnya.
Inilah yang merupakan nilai agama/religi dan kepercayaan untuk menghadapi hidup. Dengan demikian agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku yang digunakan oleh manusia untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat dikendalikannya.
Demikian halnya jika manusia dirundung berbagai bencana, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat luas. Agama merupakan sandaran utama untuk tetap bersikap optimis dalam menghadapi berbagai penderitaan di dunia ini.
Ketabahan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan hanya dapat dicapai dengan mendalami ajaran agama. Pada hakikatnya setiap ajaran agama mengandung dua unsur ajaran hakiki sebagai berikut.
- Segala hal yang berkaitan dengan keadaan di dunia ini (imanen).
- Segala hal yang berada di luar jangkauan penginderaan manusia (transedental).
Dua unsur ajaran hakiki dari setiap agama tersebut penjabarannya ada di dalam praktik ritual atau peribadatan, ajaran-ajaran tentang keberadaan Tuhan (termasuk unsur transedental) dan ajaran mengenai bagaimana menjalin kehidupan dengan sesama makhluk hidup yang lain (termasuk unsur imanen). Secara umum fungsi agama/religi bagi kehidupan manusia sebagai berikut.
1. Membantu Menemukan Identitas Moral
Dalam kehidupan manusia, moral merupakan suatu bentuk tuntutan agar manusia mampu bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Namun sering kali masyarakat umum menilai moral sebagai bentuk aturan yang berkaitan dengan etika, khususnya yang menyangkut norma kesusilaan. Oleh karena itu orang yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma kesusilaan akan dinilai sebagai orang yang amoral.
Padahal sebenarnya moralitas bukan masalah urusan kesusilaan semata. Pengertian moral mencakup tentang kondisi mental, di mana manusia merasakan, mengetahui, dan menghayati tingkah laku yang baik menurut nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat.
Dengan demikian setiap perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku (bukan hanya mencakup kesusilaan saja), maka bisa dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang amoral.
Moralitas dalam kehidupan suatu masyarakat memiliki sifat baku, namun juga bersifat dinamis. Bersifat baku artinya aturan dan norma yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat merupakan hal yang pasti dan setiap anggota masyarakat tersebut harus mengikutinya.
Sifat dinamis artinya pada saat tertentu aturan dan norma tersebut dapat berubah karena kondisi masyarakat menuntut demikian. Hal ini dapat dimisalkan pada norma yang berlaku dalam pergaulan remaja pada 25 tahun yang lalu berbeda dengan norma yang berlaku sekarang.
Apa yang dilakukan remaja masa sekarang mungkin dianggap sebagai suatu yang di luar batas norma atau dianggap sebagai suatu perilaku amoral menurut penilaian 25 tahun yang lalu.
Hal itu disebabkan batasan norma pergaulan pada masa lampau jauh berbeda dengan pola pergaulan yang sekarang. Keberadaan ajaran agama/religi menjawab tantangan akan sifat fleksibilitas moral tersebut dengan memberikan kepastian yang tegas tentang batasan moral dalam perilaku manusia.
Ajaran agama yang bersifat mutlak memberikan pedoman tentang berperilaku secara konsisten. Sebagai contoh, masyarakat mungkin bisa saja memberikan toleransi kepada pelaku korupsi atau nepotisme sebagai suatu hal yang dianggap wajar, namun agama secara tegas menyatakan bahwa segala bentuk kecurangan maupun ketidakadilan merupakan dosa.
Segala perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama merupakan suatu bentuk penyimpangan dan nanti di akhirat akan memperoleh balasan yang setimpal dengan segala perbuatannya itu, meskipun apa yang dilakukan tidak pernah diketahui oleh orang lain.
Oleh karena itu, jika manusia kebingungan menghadapi keadaan dunia yang dinilai telah rusak, di mana kebenaran dan pembenaran sulit dibedakan, ajaran agama/religi memberikan tuntunan yang pasti dan mutlak.
Dengan berpedoman pada ajaran agama/religi yang diyakininya seseorang akan mampu mengendalikan segala perilakunya sekaligus menemukan identitas moral yang pasti.
2. Membantu Menyelesaikan Permasalahan Hidup
Di dunia ini ada banyak agama yang tumbuh dan berkembang, masing-masing memiliki keunikan atau ciri khas, namun setiap ajaran agama memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan tuntutan kepada para penganutnya untuk dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Kita perlu menyadari pula bahwa tidak semua manusia di dunia ini beragama. Bahkan ada negara di dunia ini yang secara tegas masyarakatnya menyatakan atheis, meskipun di negara tersebut berbagai macam agama tumbuh dan berkembang dengan baik.
Namun semua manusia baik yang beragama atau tidak, senantiasa menghendaki kehidupan yang sejahtera lahir dan batin, dalam arti kecukupan sandang, pangan, papan, segala kebutuhannya terpenuhi serta ketenangan dalam menjalani kehidupan.
Tak ada satu pun manusia yang senang hidup dalam kondisi serba kekurangan, penuh konflik atau kekacauan. Satu hal yang membedakan manusia beragama dengan yang tidak beragama, yaitu dalam hal menghadapi suatu permasalahan.
Orang yang beragama senantiasa mengatasi berbagai permasalahan dengan menggunakan kemampuan berpikirnya yang berpedoman pada ajaran agama, sedangkan orang yang tidak beragama cenderung mengatasi permasalahan hanya berdasarkan pada logika atau unsur kemampuan berpikirnya saja.
Padahal kemampuan dan kekuatan manusia adalah terbatas, sedangkan permasalahannya tak terbatas. Keberadaan agama/religi meningkatkan kesadaran hidup dalam diri manusia dan kondisi eksistensinya untuk menjawab dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Jika manusia bersedia menerima nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama, segala permasalahan yang dihadapinya dapat diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
Munculnya sikap pasrah menghadapi berbagai permasalahan hidup dan menjalani segala kesulitan dan tantangan hidup dengan ikhlas tanpa mengeluh, merupakan salah satu wujud penyelesaian masalah secara memuaskan yang berlandaskan ajaran agama.
Ciri khas pola hidup yang sesuai dengan ajaran agama/religi adalah diperolehnya ketenangan batin yang dimiliki oleh seseorang, dan bukan dalam bentuk kelimpahan materi semata.
3. Meningkatkan Kehidupan Sosial dan Mempererat Kohesi Sosial
Kodrat manusia selain sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial. Ketergantungan manusia terhadap sesama manusia untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya merupakan suatu yang mutlak diperlukan.
Wujud konkret dari unsur imanen dalam ajaran agama/religi adalah bagaimana manusia menjalin kehidupan bersama dengan sesama manusia. Tidak ada satu pun ajaran agama/religi dan kepercayan yang menganjurkan pengikutnya untuk memusuhi orang lain.
Melalui berbagai cara yang mungkin berbeda, setiap ajaran agama/religi senantiasa mengajarkan para pengikutnya untuk mencintai, menghormati, dan menghargai orang lain. Bahkan terhadap binatang pun manusia diharapkan untuk tidak sewenang-wenang.
Ajaran tersebut merupakan penegasan bahwa salah satu cara menjunjung tinggi Sang Pencipta adalah dengan menghargai dan menghormati semua ciptaan-Nya. Dengan demikian orang yang melecehkan ciptaan-Nya identik dengan merendahkan Sang Penciptanya.
Oleh karena itu, agama/religi mengajarkan perlunya menciptakan hubungan yang baik dengan sesama. Tindakan mencintai, menghormati, dan menghargai sesama banyak caranya, misal menunjukkan sikap ramah, sikap tolong menolong, kerja sama, saling menjaga perasaan, sikap rendah hati dalam pergaulan dan segala bentuk perilaku yang mencerminkan kesopanan dan kesusilaan.
Munculnya kekacauan atau konflik dikarenakan adanya sikap ingin menguasai, yang berarti menunjukkan kesombongan. Padahal tidak satu pun ajaran agama/religi yang menyetujui sikap sombong.
Jika setiap pengikut agama/religi berpedoman pada ajaran agama/religi yang dianutnya, maka akan terbentuk sikap solidaritas masyarakat, yaitu sikap yang menumbuhkan rasa kesatuan antarwarga dalam suatu masyarakat.
Untuk mewujudkan suasana kerukunan dalam masyarakat sangat diperlukan kesadaran setiap anggota masyarakat bahwa sesama ciptaan Tuhan perlu saling menghargai dan menghormati, sebagai bentuk perwujudan konkret ketaatan dan penghormatan kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta.