Artikel sejarah kita kali ini akan membahas biografi laksamana agung cheng ho, laksamana cheng ho, masjid cheng ho, kapal cheng ho, kapal laksamana cheng ho, kisah laksamana cheng ho, dinasti Ming, perjanjian tordesilas.
Jarang kita membaca tentang Laksamana Laut Cheng Ho dalam rangka kunjungan muhibahnya ke Timur Tengah dan Nusantara Indonesia pada 1405-1430 M.
Pada masa itu, Cina dibawah dinasti Ming, 1363-1644 M, saat telah berakhirnya masa kekuasaan Dinasti Genghis Khan dan Dinasti Kubilai Khan.
Perjalanan muhibah Laksamana Agung Muslim Cheng Ho dengan armada raksasa yang menakjubkan, namun terkalahkan oleh kisah perjalanan Christofer Columbus ke Amerika dan Vasco da Gama ke India.
Padahal, armada kapal Columbus dan Vasco da Gama cukup di tempatkan di satu geladak kapal armada Cheng Ho.
Dalam Nasional Geographic Indonesia, Frank Viviano menambahkan bahwa jumlah Kapal harta atau Baochuan yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho berjumlah 42 buah.
Laksamana Agung Muslim Cheng Ho |
Dengan ukuran panjang 120 meter, bagian terdalam 50 meter dengan 9 buah tiang dan geladak utama seluas 4.600 m2.
Kapal tersebut diawaki oleh 30.000 pelaut dan mariner, 7 orang kasim berpangkat tinggi dan ratusan pejabat Ming, 180 tabib dan sejumlah pakar perkapalan, herbalis, pandai besi, tukang jahit, koki, akuntan, wiraniagawan dan penerjemah.
Perjalanan Laksamana Cheng Ho dari daratan Cina kewilayah Asia Afrika berlangsung dari 1405-1433 M. terbagi dalam tujuh tahapan perjalanan.
Pertama, 1405-1407 M, armada berangkat dari Nanking dengan membawa sutera, porselin, rempah-rempah. Di selat Malaka membasmi perompak. Mendarat di Sumatra, Srilanka dan India.
Kedua, 1407-1409, armada memulangkan para duta asing dari Sumatra, India dan wilayah lain yang pernah dating ke Cina, sekaligus bertujuan menjalin hubungan niaga dengan Negara-negara yang di datanginya di Samudra Hindia.
Ketiga, 1409-1411 M, armada memberikan hadiah ke Kuil Budha di Srilanka.Keempat, 1413-1415 M, armada berlayar melewati India, menuju Hormuz Iran.
Kelima, armada harta Cheng Ho, untuk pertama kalinya singgah di semenanjung Arab dan Afrika, menghadiahkan zebra, singa, burung onta.
Keenam, 1421-1422 M, meningkatkan hubungan diplomatic dengan Negara-negara yang dikunjunginya dengan menghantarkan pulang dari Cina dan membawa kembali duta barunya ke Cina.
Ketujuh, 1431-1433 M, Perjalanan terakhir ke Swahili Afrika Timur dan Makkah. Armada yang kuat itu dijadikan media meningkatkan hubungan diplomatic dan kewiraniagaan.
Tidak lupa membantu pengamanan wilayah laut dari perompak, ikut serta membangun sarana kelautan, pelabuhan laut dan mercusuar di Cirebon. Desertai dengan pembangunan rumah ibadah.
Berbeda dengan kehadiran Columbus dan Vasco da Gama yang berdampak lahirnya keputusan Paus Alexander VI dalam perjanjian Tordesilas, 1494 M, merumuskan bangsa-bangsa diluar Negara Gereja dinilai sebagai bangsa biadab.
Negaranya dinilai sebagai terranullius – wilayah tak bertuan. Dari penilaian ini, terjadilah mission sacre – misi suci dengan gerakan genocide – pemusnahan bangsa di Meksiko dan bangsa Indian di Benua Amerika.
Kerajaan Katholik Spanyol diberikan kewenangan untuk menguasai dunia belahan Barat dan kerajaan Katholik Portugis diberi kewenangan untuk menguasai dunia belahan timur.
Perjanjian Tordesilas adalah sumber lahirnya imperialism Barat melanda Negara-negara Asia-Afrika.
Jika dibandingkan, kunjungan muhibah Laksamana Laut Cheng Ho sangat berbeda dengan motivasi kedatangan Kerajaan Katholik Portugis dan Spanyol di Asia Tenggara pada abad ke – 16 M,
yang melancarkan perampokan dan peperangan dengan tujuan Reconquista (penaklukan kembali) Islam dan menegakkan penjajahan serta mission sacre (tugas suci pengembangan agama Katolik dengan cara pemaksaan).
Kunjungan muhibah Laksamana Laut Cheng Ho dengan pasukan sangat besar, 27.000 pasukan Muslim tersebut digunakan untuk membantu menciptakan keamanan di perairan Indonesia, membasmi perompak Cina.
Kunjungan ke Nusantara, selain ke Kesultanan Samudra Pasai, Palembang, Pulau Bangka, juga ke Jakarta serta Cirebon.
Di Cirebon, Cheng Ho membantu pembangunan mercusuar. Selain itu, Cheng Ho singgah di Semarang, Tuban, Gresik dan Surabaya.
Di daerah –daerah itu, kunjungan Laksamana Laut Cheng Ho berpengaruh besar terhadap dakwah Islam di Nusantara Indonesia.
Tidak terbatas pada pertumbuhan kekuasaan politik Islam di Nusantara. Namun juga, meluasnya jumlah penganut Islam di kalangan Cina saat itu.