Indeks Harga Konsumen (IHK)
Inflasi Landa Semua Kota
Tertinggi 12,87 Persen di Bandar LampungJAKARTA, KOMPAS – Seluruh 45 kota yang menjadi tempat penghitungan indeks harga konsumen bulan Oktober mencatat inflasi sangat signifikan. Tingkat inflasi tertinggi terjadi di Bandar Lampung mencapai 12,87 persen, terendah 3,84 persen di Palu.
Adapun tingkat inflasi nasional Oktober 2006 sebesar 8,7 persen. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disampaikan pada bulan 1 November 2005 lalu terlihat bahwa 14 kota di Sumatera, 14 kota di Jawa, dan 17 kota di luar Sumatera dan Jawa yang menjadi lokasi penghitungan indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi yang sangat signifikan.
Jadi praktis seluruh 45 kota yang merupakan lokasi penghitungan IHK mencatat inflasi signifikan. Di Sumatera, inflasi signifikan tertinggi terjadi di Bandar Lampung, Provinsi Lampung, yakni sebesar 12,87 persen. Inflasi terendah terjadi di Pangkal Pinang, yakni sebesar 7,23 persen.
Namun, dari data inflasi di 14 kota di Sumatera ini, terlihat sebagian besar mencatat angka inflasi cukup tinggi, yakni di atas level 10 persen. Selain Bandar Lampung yang tertinggi, Banda Aceh mencatat inflasi 12,45 persen, Pematang Siantar (10,61 persen), Medan (11,89 persen), Padang (10,74 persen), Jambi (10,47 persen), Palembang (12,11 persen), dan Bengkulu (12,50 persen).
Sementara beberapa kota mencatat inflasi di atas rata-rata inflasi nasional 8,7 persen, yakni Padang Sidempuan (9,07 persen), Sibolga (9,21 persen), dan Pekan Baru (8,73 persen). Di Jawa inflasi tertinggi terjadi di Kediri, yakni 11,90 persen dan terendah di Yogyakarta, yakni 6,53 persen.
Namun, rata-rata inflasi di 14 kota di Pulau Jawa ini berada di bawah level 10 persen, bahkan sebagian besar berada di bawah rata-rata inflasi nasional bulan Oktober 8,7 persen. Ibu kota Jakarta, misalnya, mencatat inflasi hanya 7,93 persen, Bandung (8,22 persen), Semarang (8,35 persen), Surakarta atau Solo (8,08 persen), dan Surabaya (7,71 persen).
Inflasi di atas rata-rata nasional hanya terlihat di Tasikmalaya (9,44 persen) dan Cirebon (9,30 persen). Sementara di luar Sumatera dan Jawa, inflasi signifikan tertinggi terjadi di Kendari, Sulawesi Tenggara, yakni 11,90 persen dan inflasi terendah di Palu, Sulawesi Tengah, yakni sekitar 3,84 persen.
Tidak banyak dari 17 kota yang ada ini mencatat inflasi di atas rata-rata 8,7 persen. Hanya Mataram (10,80 persen), Makassar (9,44 persen), Gorontalo (10,16 persen), Ambon (8,95 persen), dan Ternate (9,32 persen).
Tak terhindarkan Inflasi signifikan di semua kota ini tak terhindarkan karena penyumbang utama inflasi tinggi ini adalah biaya transportasi. Dan ini erat berkaitan dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang cukup signifikan pada 1 Oktober lalu.
Kepala BPS Choiril Maksum mengemukakan, kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada Oktober 2005 mencatat inflasi 28,57 persen. Terjadi kenaikan indeks dari 127,91 pada September 2005 menjadi 164,45 pada Oktober 2005. Secara keseluruhan, ujar Choiril, kelompok ini pada Oktober 2005 memberikan kontribusi pada inflasi sebesar 4,17 persen.
Berkaitan langsung dengan kenaikan harga BBM, maka harga bensin melambung tajam dan menyumbang inflasi 1,88 persen, solar (0,11 persen), angkutan dalam kota (1,81 persen), angkutan antarkota (0,19 persen), tarif taksi (0,03 persen), dan masing-masing 0,01 persen untuk tarif angkutan udara, bahan pelumas, mobil, tarif sewa motor, tarif travel dan lain-lain. (oin/ppg)
Dari berita tersebut bahwa untuk menghitung tingkat inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK).